Aktivitas Sarumaha
Penggunaaan pupuk kimia dan pestisida kimia sudah sangat populer di
kalangan para petani. Kalau tidak percaya sekali waktu datanglah berkunjung ke
desa-desa dan coba tanyakan apa saja merek pupuk kimia yang mereka ketahui dan
sering digunakan. Sederet jenis dan merek pupuk dengan sangat mudah disebutkan
seperti Urea, KCl, MPK, Decis, Furadan, dan lain-lain. Ketika berdiskusi dengan
petani di beberapa desa dampingan, ada dua alasan umum mengapa pupuk kimia dan
pestisida kimia selama ini masih cenderung banyak digunakan. Alasannya adalah
penggunaannya praktis tinggal beli dari penyedia dan proses untuk melihat hasil
tanaman lebih cepat.
Di awal penggunaan memang alasan yang diutarakan tersebut dapat
dibuktikan oleh petani. Panen lebih cepat, gangguan hama berkurang, petani jadi
senang karena panen melimpah. Namun penggunaan berlebihan dalam jangka panjang
berdampak negatif pada lingkungan. Pernah ketika berkunjung ke salah satu komunitas
dampingan, seorang petani menceritakan pengalamannya menggunakan pupuk dan
pestisida kimia. Si petani menggunakan pupuk kimia dengan berlebihan. Ternyata
dia melakukan itu karena berpikir dengan dosis yang tinggi, hasilnya pasti
manjur. Bukannya untung yang didapat malah gagal panen yang dialami karena padi
yang ditanam menjadi layu.
Pada dasarnya penggunaan pupuk kimia berlebihan dan dalam kurun waktu
yang panjang pada lahan pertanian menyebabkan penurunan kesuburan tanah akibat
penipisan bahan organik tanah. Pupuk kimia mudah larut dalam air dan mengurai
semua bahan organik dalam tanah sehingga pori-pori tanah berkurang, kemampuan
tanah dalam menyimpan air berkurang. Cacing dalam tanah yang membantu kesuburan
tanah ikut mati karena kehilangan habitat dan makanannya.
Sementara itu, penggunaan pestisida kimia sangat berbahaya bagi makhluk
hidup dan alam. Gambarannya adalah bahwa pestisida kimia adalah zat atau racun
yang diciptakan untuk membunuh hama mulai dari hama tingkat rendah seperti bakteri
hingga hama seperti tikus. Saat pestisida tersebut digunakan maka selain akan
mengenai hama itu sendiri juga akan mengenai tumbuhan, udara, air, organisme
air, tanah, organisme tanah bahkan manusia. Predator hama (binatang pemangsa
hama) juga ikut mati sehingga siklus mata rantai makanan tidak seimbang. Pada
akhirnya, terjadi fenomena kebalnya hama terhadap racun pestisida. Petani di
Aek Dakka Pasir dan Sisobambowo pernah mengeluhkan hama walang sangit yang
merusak tanaman padi. Populasi walang sangit semakin bertambah dan sulit untuk
dikontrol kendati pestisida kimia yang biasa digunakan telah disemprotkan dengan
dosis yang lebih banyak di sawah mereka.
Untuk
memperbaiki kondisi tanah yang sudah rusak, butuh waktu yang cukup lama. Pemulihan
tanah dapat dilakukan dengan pemupukkan lahan dengan menggunakan pupuk organik
seperti pupuk kompos. Kompos sangat mudah dibuat. Bahan kompos dapat dibuat
dari bahan organik yang mudah terurai (membusuk) misalnya daun-daunan,
rumput-rumputan, kotoran hewan, limbah rumah tangga, sekam padi, jerami, batang
pisang, dll. Pupuk kompos mengembalikan humus tanah yang telah hilang. Sedangkan
untuk mengatasi hama tanaman dilakukan dengan pestisida organik dan sistem
pengendalian hama dengan menggunakan musuh alaminya sehingga tanaman, tanah, manusia
dan biota alam lainnya tidak tercemari racun.
Jika pertanian organik sangat berkontribusi terhadap kelestarian
lingkungan maka tunggu apa lagi, mari selamatkan lingkungan dengan
mengembangkan pertanian organik.
Let's create our own world through writing, cinematography, photos, etc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar