Jumat, 23 Oktober 2009

FENOMENA AWAN VERTIKAL



By: Aktivitas Sarumaha


Aku hendak bersiap-siap ke kantor pagi ini. Tiba-tiba langkahku terhenti. Telpon seluler yang biasa kuletakkan di saku celanaku bergetar. Aku hafal betul nada dering discoid yang tiba-tiba membahana. “Ada sms masuk nih”, pikirku sambil berusaha merogoh saku celanaku. Sambil mengetik kode password hpku, aku langsung membatin, “ini sms pasti dari Ita. Kalo bukan Ita pasti Tati,” Ita dan Tati adalah teman sekantorku yang sering banget minta dijemputin naik motor bututku. Setumpuk rasa bangga terkadang terbesit dalam benak saat tiap pagi aku jadi rebutan cewe-cewe cantik ini;)


Kubuka inbox dan kulihat nama pengirim yang sudah sangat familiar. “Oh ada pesan dari mbak Ika, pasti ada hal penting yang ingin ia informasikan padaku”.


Ada awan vertikal lagi pagi ini di medan kelihatan ;(

Sender: CRS-Ika

Sent 23 Oct 2009

07:34:07


Dengan cepat jari ini membalas smsnya


Aduh mbak aku jdi mrinding, Smoga kalo tjadi gempa, tdak ada lagi yang mninggal ya. Coba difoto awanny dan diupload ke Fbku ya. Thx.

Delivered to:

CRS-Ika

Date and time

23 Oct 2009

07:36:02



Tak berapa lama aku juga forward pesan ini ke teman-teman satu departemenku dan juga beberapa teman-teman lainnya. Kebetulan departemen tempat aku kerja menyasar isu seputar pengurangan resiko bencana. Jadi gak heran topik diskusi tidak jauh-jauh dari isu bencana, kearifan lokal, tanda-tanda alam, penguatan kapasitas masyarakat supaya resilient bencana, syering dan distribusi informasi, kesiapan tanggap darurat, pencegahan, mitigasi, pengurangan kerentanan masyarakat, pengembangan organisasi masyarakat, dll.


Ini adalah sms yang ketiga kalinya aku terima dari mbak Ika tentang awan vertikal. Sekitar satu minggu sebelum gempa Padang di penghujung September lalu, sms serupa juga aku terima darinya memberitahukan bahwa ia melihat awan vertikal di langit kota Medan saat hendak ke kantornya. Dalam pesan itu ia menuturkan firasatnya tentang kemungkinan terjadinya gempa besar yang ia sendiri tidak tahu kapan dan dimana gempa itu akan terjadi. Ia begitu yakin dengan firasatnya ini karena fenomena awan vertikal ini juga pernah ia amati saat gempa dahsyat melanda Cina tahun 2008 silam.


Dalam sebuah forum pengurangan resiko bencana di medan setahun yang lalu, para peserta mendiskusikan topik tanda-tanda alam dan kearifan lokal. Salah seorang dari peserta menyinggung tentang fenomena awan vertikal. Ia menuturkan pengalamannya bahwa dulu beberapa hari sebelum gempa Nias 2005, ia melihat ada awan vertikal di langit kota medan. Awan itu memanjang vertikal sekitar beberapa derajat ke arah barat.


Entah kenapa hari ini rasa penasaranku tentang fenomena awan vertikal ini begitu besar. Mungkin karena beberapa minggu belakangan ini isu gempa masih saja jadi perbincangan hot di banyak media masa online dan situs jejaring sosial dunia maya. Apalagi hingga kini gempa dengan skala kecil menengah terus saja menggeliat di berbagai tempat di belahan bumi ini.


Setibanya di kantor, aku terus bergegas membuka laptop pinjaman dari kantor. Tak sabar aku langsung menggerayangi tuts keyboard laptop dan memasukkan kata kunci awan vertikal dan gempa. Dalam hitungan detik, laman seputar awan vertikal bermunculan. Kupilih dan kusibak satu per satu. Hampir semua artikel yang kubaca menyebutkan bahwa tidak ada penjelasan ilmiah tentang hubungan antara awan vertikal dan gempa. Aku sempat bergumam masa sih tidak ada penjelasan ilmiahnya.


Hunting di situs pencari terus kulakukan. Alhasil beberapa artikel kutemukan. Salah satunya membahas pen ampakan awan vertikal di Kobe, Jepang, beberapa hari sebelum gempa menimpa Kobe pada 17 Januari 1995 lalu. Sebelumnya di tahun 1993, awan gempa terlihat satu hari sebelum gempa Kagoshima. Awan seperti ini juga terlihat hanya 4 jam sebelum terjadi gempa Nigata

2004.





Dalam artikel yang kucaplok dari situs http://forum.upi.edu menyebutkan bahwa awan berbentuk aneh itu terjadi karena adanya gelombang elektromagnetis berkekuatan sangat besar dari dalam perut bumi, sehingga menyerap daya listrik yang ada di awan. Makanya bentuk awannya seperti tersedot ke bawah.


Gelombang elektromagnetis itu sendiri terjadi akibat adanya pergeseran atau patahan lempeng bumi. Namun adanya awan seperti itu di langit belum tentu berarti awan gempa juga. Mungkin saja karena asap pesawat jet atau memang bentuk awannya memang seperti itu karena pergerakan angin. Jika memang terjadi awan seperti itu, coba dilakukan uji medan elektromagnetis di dalam rumah. Misalnya dengan mengecek siaran TV. Lalu coba lihat mesin fax, apakah lampunya tiba-tiba blinking atau tidak padahal lagi tidak ada transmit data. Selain itu, coba matikan arus listrik lalu cek apakah lampu neon tetap menyala redup walaupun tidak dialiri arus listrik.


Jika semua tanda itu terlihat maka besar kemungkinan tengah terjadi gelombang elektromagnetis luar biasa yang kasat mata dan tidak bisa dirasakan manusia. Namun jika ada awan gempa di langit dan terbukti ada gelombang elektromagnetis luar biasa, belum tentu juga akan terjadi gempa. Untuk itu perlu dilihat tanda lainnya lagi. Tanda lainnya itu adalah memperhatikan hewan-hewan. Amati apakah hewan-hewan seperti menghilang atau lari tanpa tentu arah, ataupun hewan bertingkah aneh. Insting hewan sangat tajam dan hewan bisa merasakan gelombang elektromagnetis.


Jika tanda-tanda itu terlihat dalam waktu bersamaan, kemungkinan besar menunjukkan memang akan terjadi gempa berkekuatan besar. Sebisa mungkin segera lakukan tindakan penyelamatan diri.


Beberapa hari yang lalu saya membaca artikel yang pernah dikirimkan oleh seorang kolega praktisi pengurangan resiko bencana. Artikel itu menyebutkan bahwa gempa besar dengan kekuatan 8,8 SR masih berpeluang terjadi di pesisir barat pulau sumatera yang disebabkan pergerakan lempeng Indo Australia. Menurut Direktur Obervasi Bumi dari Nanyang Technological University Singapura, Kerry Sieh, bahwa banyak pergerakan tektonik di muka bumi ini. “Tetapi tidak ada yang seaktif di wilayah Sumater Barat dalam beberapa dekade terakhir,”katanya.


Hingga hari ini, acap kali kudengar bahwa belum ada satupun teknologi canggih yang mampu memprediksikan dengan akurat kapan gempa bumi tektonik akan melepaskan energinya. Walaupun demikian, kita patut belajar dan mencermati segala bentuk keanehan yang tidak biasanya terjadi di lingkungan sekitar dimana kita berada. Perilaku hewan yang aneh, perubahan cuaca yang tiba-tiba, awan vertikal, keanehan pada alat-alat elektronik misalnya lampu tiba-tiba redup, sinyal hp dan radio lain dari biasanya, lampu indikator fax yang tiba-tiba ngeblink walaupun sedang tidak dipakai, pesan fax dan sms yang berantakan mungkin bisa jadi pesan alam bagi kita supaya senantiasa berjaga-jaga.


Gak kerasa waktu berjalan begitu cepat. Kepalaku terasa pusing, perut mulai keroncongan. Mungkinkah ini bagian dari keanehan itu? Hmmmm..ternyata sudah pukul 12 lewat rupanya. Aroma makanan dari botot yang dibawa teman-teman sekantor menusuk tajam hingga lambungku. Ku lempar pandangan keluar jendala menerobos jeruji besi. Cuaca terasa begitu panas dan gerah. Sempat kuurungkan niat untuk pulang ke rumah mengisi perut yang sedari tadi keroncongan. Tapi kawan di sumatera bagian tengah ini kayaknya gak bisa diajak kompromi. Pulanglah katanya sudah waktunya. Grrrrr....laparrrrrrrrrr...

Selasa, 20 Oktober 2009

TANGGAP DARURAT BANJIR MADINA

SELASA, 20 OKTOBER 2009
Oleh Tim Tanggap Darurat Caritas Sibolga







Banjir Bandang Madina
15 September 2009 desa-desa di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara dilanda banjir bandang. Banjir ini sebenarnya merupakan banjir tahunan yang melanda daerah itu, tapi biasanya banjir tidak sampai membahayakan manusia dan pemukiman. Diduga kuat karena hutan dibabat oleh praktek illegal logging maka kali ini masyarakat yang menuai akibatnya berupa banjir bandang yang dahsyat yang mengakibatkan 2000-an penduduk mengungsi karena rumah dan desa mereka terendam banjir hingga ke atap rumah. Berita di media menyebutkan korban jiwa sejumlah 38 orang namun sumber informasi Tim Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) bersama Paroki Padangsidimpuan menyebutkan 10 orang yang meninggal. Korban rata-rata anak kecil dan lansia.

Karena daerah ini merupakan wilayah pastoral Keuskupan Sibolga khususnya Paroki Padangsidimpuan maka Pihak Keuskupan dalam hal ini Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) bekerja sama dengan Paroki Padangsidimpuan melakukan kegiatan tanggap darurat menolong korban banjir bandang tersebut. Kegiatan tanggap darurat ini mendapat dukungan yang kuat dari Karina KWI dan dijalankan oleh tim Tanggap Darurat terdiri dari 4 orang relawan dari Paroki Padangsidimpuan dan Katedral Sibolga yakni Hendra Manalu, Beatus Halawa, Mindo Manalu, Fr. Sokhi Laia yang dipimpin oleh Saudara Daniel Gunawan dari tim Pengurangan Resiko Bencana CKS. Tim Tanggap Darurat Madina difasilitasi oleh Pastor Paroki Padangsidimpuan, P. Pincerius, Pr bekerja selama 17 hari, sejak 27 September s/d 13 Oktober 2009.

Proses Tanggap Darurat
Kegiatan tanggap darurat diawali dengan asesmen cepat pada tanggal 29-30 September 2009 ke lokasi yang terkena banjir yakni Desa Huta Imbaru, Dusun Kapundung 1, Dusun Kapundung 2 dan Desa Ranto Panjang untuk mengidentifikasi kebutuhan real dan mendesak masyarakat korban banjir. Tim menemukan bahwa setelah 2 minggu pasca banjir, air sungai masih terlihat sangat keruh. Di sekitar sungai terlihat banyak kayu gelondongan yang diduga ikut terhanyut oleh arus banjir. Tebing sungai banyak yang longsor. Di keempat dusun tim berpencar mengunjungi masyarakat yang tinggal di pengungsian dan di rumah warga untuk mencari informasi.

Dari konsolidasi data asesmen cepat kebutuhan mendasar masyarakat pasca banjir 2 minggu adalah beras, minyak tanah, solar, alat tulis, katro, gerobak sorong, Alquran, jus amma, bensin, pakaian dalam perempuan, air bersih, selang, pakaian sekolah,sabun, peralatan balita, makanan balita dan sarung. Kemudian tim di bawah koordinasi Pastor Paroki Padangsidimpuan memutuskan untuk membeli barang-barang kebutuhan tersebut di Padangsidimpuan. Pengadaan barang-barang itu juga difasilitasi oleh umat Paroki Padangsidimpuan dengan memberikan fasilitas transportasi dan juga sumbangan barang. Setelah barang-barang bantuan terkumpul tim tanggap darurat dibantu oleh muda-mudi paroki memaketkan barang-barang tersebut untuk disalurkan per kepala keluarga. Proses pengadaan dan pemaketan barang berlangsung selama 3 hari di pastoran Paroki Sidimpuan.

Tanggal 9-10 Oktober tim berangkat ke lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan . Tim yang berangkat sejumlah 23 orang terdiri dari tim tanggap darurat dibantu relawan dari mudika Paroki Sidimpuan dan mahasiswa. Tanggal 11 Oktober tim telah kembali ke Sidimpuan, 12 Oktober diadakan acara malam kebersamaan dengan para relawan di mana Pastor Paroki Sidimpuan mengucapkan terima kasih atas bantuan para relawan untuk kegiatan tanggap darurat. Para relawan juga dimotivasi untuk menjadi kontak relawan di Paroki Padangsidimpuan yang siap bekerja bila terjadi bencana. Tim mendistribusikan bantuan kepada 1030 jiwa penduduk 4 desa yang terkena banjir bandang

Selain masyarakat korban banjir mendapat bantuan, ada sebuah hasil lain yang juga dicapai melalui kegiatan tanggap darurat ini yakni kini Paroki Sidimpuan mempunyai sejumlah relawan yang sudah berkomitmen siap membantu bila suatu saat terjadi bencana.


Tantangan dan Pembelajaran
Tantangan yang sangat berat dihadapi tim adalah medan yang sangat jauh, terpencil, dan rawan longsor. Dari Sidimpuan butuh waktu 15 jam untuk dapat mencapai lokasi banjir, 9 jam ditempuh dengan mobil dan 6 jam naik perahu. Biaya transportasi juga sangat mahal.

Tantangan lain, penduduk di keempat desa yang terkena banjir adalah 100% Muslim, pada awalnya Dandim ragu bahwa mereka akan menerima bantuan dari lembaga Kristen dan mengusulkan agar tim membawa seorang ustad. Namun tim tidak jadi membawa ustad dan berangkat dengan bermodalkan niat baik, dan ternyata tim diterima dengan hati terbuka oleh penduduk korban banjir. Bahkan kepada lembaga Kristen ini mereka meminta dibelikan Alquran.

Di lokasi banjir tim tidak leluasa untuk makan di rumah penduduk karena banyak isu racun, bahkan tokoh masyarakat dan penduduk setempat mencegah tim untuk makan sembarangan, mereka menganjurkan tim untuk makan dan minum hanya di rumah penduduk yang menerima mereka untuk menginap.

Sebuah pembelajaran penting yang didapat tim, berdasarkan observasi langsung dan kesaksian masyarakat, sangat diduga kuat bencana banjir bandang ini sesungguhnya bukan bencana murni tapi efek negatif dan fatal dari praktek illegal logging yang dilakukan 6 perusahaan kayu di daerah hulu. Jutaan kubik kayu di sepanjang sungai dan di perkampungan merupakan bukti tidak terbantahkan akan adanya praktek penebangan kayu yang sangat massif dan tidak memperhitungkan keselamatan lingkungan.







ASAH KAPAK ANDA

Kaplan bekerja di sebuah perusahaan sebagai pemotong kayu. Ia telah bekerja selama lima tahun, namun selama itu tidak pernah mengalami kenaikan upah. Perusahaan lalu merekrut seorang lagi, sebut saja Wawan, yang juga sebagai pemotong kayu. Setelah satu tahun bekerja, Wawan mendapatkan kenaikan upah, sementara Kaplan tetap tidak naik upahnya. Karena merasa resah, Kaplan mendatangi atasannya menanyakan alasan ia tidak pernah naik gaji. Lalu atasannya mengatakan begini, “Jumlah pohon yang kamu potong sekarang masih tetap sama dengan jumlah yang kamu potong lima tahun yang lalu ketika kamu baru kerja disini. Perusahaan ini berorientasi pada hasil, dan karena itu, perusahaan akan senang menaikan upahmu jika kamu juga dapat menaikkan produktivitasmu.”


Kaplan kembali dan mulai memotong kayu lagi dengan sekuat tenaga, namun tetap tidak beranjak dari jumlah yang biasa ia potong. Menghadapi dilema ini, ia kembali kepada atasannya untuk minta saran. Lalu atasannya meminta Kaplan untuk menemui Wawan. “Mungkin ada hal-hal yang Wawan tahun kamu tidak tahu,” kata atasannya. Kaplan lalu menemui Wawan dan menanyakan kepadanya mengapa ia bisa memotong lebih banyak kayu dibanding dirinya. Lalu Wawan mulai bercerita, “Setelah menebang beberapa potong kayu, saya beristirahat untuk mengasah kapak yang saya pakai ini. Kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu?” Tanya Wawan kepada Kaplan.


Pertanyaan Wawan ini bagaikan cambuk bagi Kaplan, namun sekaligus juga menjadi jawaban terhadap masalahnya selama ini.

Pertanyaan yang sama juga sebenarnya ditujukan kepada kita, kapan terakhir kali kita mengasah potensi kita? Jangan hanya mengandalkan keberhasilan masa lalu, jangan hanya mengandalkan gelar yang kita miliki, karena kedua-duanya tidak melakukan apa-apa, kita harus terus mengasahnya (Paulus, Alexander. Success in life through positive words (p 52-53). Jakarta; PT Gramedian Pustaka Utama, 2007.)