Selasa, 26 Oktober 2010

Fenomena Halo

On courtesy of http://regional.kompasiana.com/2010/10/21/fenomena-halo-matahari-di-padang/


Gempa yang terjadi tadi malam (25 Oktober 2010) pukul 21:42 dengan kekuatan 7,2 SR sekitar 7,8 km arah Barat Daya Pagai Selatan Mentawai, Sumatera Barat mengingatkan saya akan sms teman saya di Padang pada tanggal 22 Oktober 2010 isinya:

Kabar baik, kemaren siang (21 Oktober 2010) yang hallow cm menghitam..apa itu tanda-tanda mo gempa besar tas?

Sender: Noramayasari

Sent:
22 Okt 2010
08:11:43



Penggalan sms diatas bercerita tentang fenomena penampakan halo di kota padang. Lalu apa hubungan fenomena halo itu sendiri dengan kejadian bencana?

Namun sebelum berbicara apa hubungannya, mungkin perlu penjelasan apa sih itu fenomena halo? Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa fenomena halo adalah fenomena umum yang sering disebabkan oleh interaksi dari cahaya matahari dengan atmosfer, awan, air atau debu dan material lainnya. Kejadian halo matahari ini tidak beda jauh dengan pelangi. Pelangi terjadi ketika cahaya matahari dipantulkan dan dibiaskan oleh tetesan-tetesan air. Fenomena yang sama juga sering terjadi pada saat bulan purnama, sehingga disebut halo bulan

Dalam situs http://wahanapress.net/2010/06/12/kupas-tuntas-fenomena-halo-matahari/ disebutkan bahwa fenomena Halo, dalam bahasa dan tulisan Latin ἅλως, juga disebut sebagai nimbus atau gloriole. Merupakan fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya. Di alam biasanya kita lihat saat bulan purnama atau saat matahari terang di siang hari.

Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi.

Halo adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran seperti pelangi yang mengelilingi matahari. Halo adalah fenomena yang lebih sering terjadi di langit.

Pada umumnya halo melibatkan putaran radius 22° halo dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar diatas, menunjukan matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas kristal tersebut.

Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.

Gerhana matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan, dihasilkan oleh corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh kristal es, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun.

Saat awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedotan dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.

Refleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium.

Fenomena Halo, Fenomena Biasa

Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Susi Susiana, menyebutkan bahwa fenomena halo merupakan fenomena biasa yang bisa terjadi di seluruh muka bumi.

Bulatan halo di langit terbentuk karena adanya reaksi optik ketika sinar matahari dibiaskan kristal-kristal air pada lapisan awan tipis cirrus.

“Fenomena alam itu lumrah dan bisa terjadi di mana saja, seperti pelangi mengelilingi matahari atau bulan. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan cuaca,” kata Susiana saat menghadiri Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-60 tahun 2010 di Lembang Kabupaten Bandung.

Ia menyebutkan, fenomena halo mungkin jarang terjadi di daerah tropis, namun di belahan bumi Eropa fenomena itu sering terjadi.

Halo, selain terjadi dalam bentuk lingkaran penuh dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa terjadi dalam lingkaran separuh dengan pusat pada cahaya matahari.

Susiana menyebutkan, bila ingin melihat halo, kedua mata harus dilindungi dari pancaran sinar matahari.

“Jangan sesekali terlalu lama memandang halo, kalau perlu memakai kacamata hitam atau tiga dimensi, hindari kilauan pada kaca atau cermin,” katanya.

Khusus bagi mereka yang hendak mengambil foto dengan menggunakan kamera single lens reflex (SLR), sebaiknya tidak langsung membidik melalui kotak bidik ke arah halo, karena cahaya matahari akan masuk ke dalam lensa fokus dan bisa merusak retina mata.

Kesimpulan:
Lalu apakah ada relasi antara gempa yang terjadi di mentawai kemaren malam dengan fenomena halo beberapa waktu lalu di kota Padang. Mungkin saja tidak ada hubungan langsung dan penjelasan scientfic untuk merasionalisasikan ke dua peristiwa ini. Sama halnya dengan fenomena awan vertikal yang heboh diberitakan menjadi penanda bahwa akan ada gempa besar. Namun satu hal yang saya pikir patut kita cermati bahwa alam kata orang memiliki kepekaan untuk merasakan gejala-gejala tentang sebuah peristiwa katakan bencana akan terjadi. Fenomena alam bisa menjadi media pembawa pesan kepada umat manusia supaya lebih mawas dan bijaksana. Terlepas dari itu semua, ada satu hal penting yang perlu kita pahami bahwa tidak ada yang salah dengan bencana. Bencana adalah fenomena alam yang secara periodik akan muncul. Bencana alam memiliki siklus. Tsunami bukan cuma sekali terjadi. beberapa ratus tahun lalu, fenomena tsunami pernah melanda umat manusia demikian juga gempa bumi. Hal tersebut akan berulang terus menerus. Lalu apa yang dapat kita lakukan? Terlebih mengingat posisi Indonesia yang berada di zona cincin api, zona rawan bencana. Kenyataan demikian seharusnya membuat kita lebih aware bahwa kita harus hidup bijak berdampingan dengan bencana. Terkadang kerugian massive dari sebuah bencana diakibatkan oleh ketidakarifan manusia. So guys hal praktis yang perlu kita lakukan adalah sedari dini perlu membangun sebuah sistem kesiapsiagan baik di level individu/ keluarga maupun di level lebih luas lagi yakni masyarakat. Di lain waktu saya akan sharing dan berbagi pengalaman hal-hal praktis membangun sistem kesiapsiagaan tanggap darurat. So see you on the other occasion...



Let's create our own world through writing, cinematography, photos, etc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar