Kamis, 21 Februari 2013

Refleksi: Mekanisme Untuk Bercermin


(Catatan refleksi tim CMDRR di Bulan Desember 2012)

Oleh: Aktivitas Sarumaha

Mengapa Refleksi


Aksi refleksi aksi, demikian sejak dari awal proses program CMDRR/PRBDM dijalankan. Di setiap kegiatan program selalu ada proses refleksi atas aksi yang telah diimplementasikan. Mekanisme refleksi yang berlaku dalam program CMDRR adalah pertemuan berkala sekali sebulan.

Dalam refleksi bulanan, tiap anggota tim melihat kembali apa yang sudah dikerjakan, apa yang belum terlaksana, apa tantangan, apa pembelajarannya dan apa rekomendasi yang bisa diterapkan untuk perbaikan aksi ke depan. Menariknya, proses refleksi menjadi momentum bagi tiap anggota tim untuk mencurahkan isi hati terutama menyangkut perjuangan bergerak di basis. Anggota tim lainnya berempati dan mendengar serta menawarkan alternatif alternatif dalam pemecahan masalah.

Proses refleksi juga menjadi wadah untuk membangun “spirit” pemberdayaan. Setidaknya hal ini terlihat dalam pertanyaan pertanyaan reflektif seperti sejauh apa kita sudah sungguh menerapkan pendekatan “community managed” atau “dimanajemeni masyarakat” dalam implementasi program? Sejauh apa masyarakat sudah mencapai resiliensi atau kebertahanan terhadap bencana? Sejauh apa organisasi-organisasi masyarakat dampingan sungguh siap jika suatu saat proses pendampingan selesai? Spirit anggota tim juga semakin disegarkan melalui “sesi motivasi” sebagai penutup refleksi. Sesi motivasi ini berupa presentasi ilustrasi-ilustrasi seputar kepemimpinan, karakter dan kekompakkan.

Dimensi lain dalam proses refleksi adalah terbangunnya kekompakkan tim. Kekompakkan tim menjadi hal penting dalam keberhasilan pendampingan. Kendati sistem sudah baik namun jika “person” tidak solid maka sangat sulit untuk mencapai hasil pendampingan yang maksimal. Membangun kekompakkan tim bukan berarti menghilangkan perbedaan perbedaan. Membangun kekompakkan tim tidak berarti menggampangkan masalah dalam artian selalu “permisive” dengan kekeliruan. Membangun kekompakkan tim berarti mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing kemudian saling mengisi dan melengkapi kekurangan tiap anggota tim. 

Biasanya pertemuan refleksi dilakukan selama 2 hari tiap akhir bulan. Tempat refleksi biasanya di ruang pertemuan kantor CKS. Sesekali juga dilakukan di luar kantor seperti di pantai. Acara semi outbound terkadang diadakan terutama saat pada bulan berkenaan ada anggota tim yang sedang merayakan hari ulang tahun. Kegiatan seperti ini sangat membantu menciptakan keriangan dan melepaskan kepenatan.



Refleksi Bersama Pastor Mathias Kuppen, OSC


7-8 Desember 2012, tim CMDRR CKS melaksanakan refleksi bulanan. Kali ini kegiatan refleksi di adakan di Pastoran Ordo Salib Suci (OSC) di Sirombu. Pada kesempatan itu, kami mengundang Pastor Mathias Kuppen, OSC untuk memimpin satu sesi refleksi. Pastor Mathias mengawali diskusi dengan menceritakan pengalaman masa mudanya hingga akhirnya memutuskan menjalani panggilan untuk hidup membiara dan menjadi imam. Masa kecil di kampung halaman dijalani dengan membantu orang tua beternak ayam dan mengurus sapi. Ayahnya adalah seorang Katekis dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang sederhana. Teladan saleh dari orang tuanya serta kasih sayang yang penuh kehangatan dari keluarga membentuknya menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan peduli dengan kehidupan sekitar. Dan inilah kemudian yang meneguhkannya pada panggilannya untuk membiara dan menjadi imam. 

Tahun 1963, Pastor Mathias diutus ke Jakarta. Tahun 1964, beliau memulai karya pastoral untuk melayani umat Katholik di desa desa pegunungan di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Keprihatinannya dengan situasi ekonomi sosial yang sulit mendorong Pastor Mathias mendirikan sekolah pertanian. 200 bibit ternak sapi dikembangkan sebagai upaya membantu peningkatan ekonomi masyarakat. Beliau juga membantu mengembangkan sistem usaha kredit mikro.

Setelah 25 tahun menjalankan karya pastoral di Cirebon, tahun 1989, Pastor Mathias pindah ke Asmat di Papua namun hanya tinggal disana selama setahun. Pada tahun 1990, beliau akhirnya menjatuhkan pilihan melayani di Pulau Nias.

Ketika pertama kali masuk ke Pulau Nias, ada tiga hal mencolok dalam pandangan Pastor Mathias tentang Nias bila dibandingkan tempat tempat lain di Indonesia yaitu Jujuran (mahar) yang sangat tinggi, Penyakit TBC dan Ilmu Hitam (Okultisme). 

Beliau memperhatikan banyak keluarga tidak bahagia, perempuan “dibeli” dengan mahar yang tinggi. Dalam banyak konseling, banyak ibu-ibu dengan berlinang air mata mengeluhkan tindakan kekerasan rumah tangga yang mereka alami. Banyak anak-anak mengalami kurang gizi karena utang. 

Banyak anak laki-laki merantau ke pedalaman Sumatera untuk mengadu nasib di perkebunanan. Banyak anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang di keluarga. Banyak anak-anak terutama perempuan tidak mendapatkan kesempatan pendidikan yang baik. Masih banyak lagi situasi ril lainnya yang diamati oleh Pastor Mathias Kuppen saat pertama kali menginjakkan kaki di Nias.

Menurut beliau, kunci kebahagian diperoleh melalui pendidikan yang baik  di keluarga yang dimulai sejak dini. Pendidikan nilai-nilai sangat penting untuk membentuk anak-anak menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan tangguh. Sehingga ketika mereka dewasa mereka akan menjadi orang-orang dewasa yang peduli, berempati dan bertanggungjawab dengan hidupnya dan lingkungannya. Gereja sebagai Tubuh Kristus memiliki peranan penting untuk mendorong pendidikan dini sejak dari keluarga. Pastor Mathias menegaskan setidaknya ada tiga hal yang perlu dan harus terus dikembangkan oleh gereja untuk menjawab tantangan pertumbuhan umat di Nias yaitu: menghidupkan suasana penuh kasih sayang di keluarga, katekisasi, gerakan gereja basis.

Diakhir sesi refleksi, Pastor Mathias mengatakan bahwa dia adalah orang yang sangat beruntung dan bahagia dalam hidup ini. Beliau beruntung dan bahagia dengan pilihan hidupnya menjadi imam, beruntung dan bahagia dengan pengalaman hidupnya di Indonesia, beruntung dan bahagia memilih Nias sebagai ladang pelayanannya. Baginya, supaya beruntung kita harus tahu tujuan hidup, konsisten, pintar memilih, sungguh-sungguh dan rajin merefleksikan visi hidup. Kunci supaya bisa bertahan dengan panggilan hidup adalah “love Jesus will help us to love people all nation” (mengasihi Kristus menolong kita mengasihi orang dari segala bangsa, suku, agama dan ras). 

"Apakah kalian bahagia dengan kehidupan yang kalian jalani sekarang ini?", demikian Pastor Mathias menutup refleksinya dengan sebuah pertanyaan retoris untuk direnungkan oleh tiap anggota tim CMDRR.

Sesi refleksi saat itu memberikan kesan tersendiri bagi tiap tiap anggota tim CMDRR. Pengalaman hidup Pastor Mathias Kuppen, OSC di usia yang ke 75 tahun dengan pengalaman 55 tahun hidup membiara dan 50 tahun hidup menjadi imam menghadirkan insipirasi tersendiri bagi tiap anggota tim CMDRR.

Suasana pantai, suara deburan ombak, kicauan burung serta pemandangan spektakuler matahari terbenam semakin membuat pengalaman refleksi saat itu sangat berkesan dan bermakna Ω






Let's create our own world through writing, cinematography, photos, etc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar