Sabtu, 11 Desember 2010

Rahasia di Balik Otak Manusia



Otak manusia benar-benar mengagumkan. Otak seorang yang normal dan sehat memiliki sekitar 200 miliar sel saraf, yang terhubung satu sama lain melalui ratusan triliun sinaps (penghubung satu neuron dan neuron berikutnya). Sinaps berfungsi seperti mikroprosesor, dan 10.000 di antaranya bertugas menghubungkan satu neuron ke sel saraf lainnya.

Pada kulit otak saja, Anda bisa menemukan kurang lebih 125 triliun sinaps, jumlah ini setara dengan jumlah yang ada di 1.500 galaksi Bima Sakti. Sangat mengagumkan. Sinaps itu sangat kecil. Diameternya kurang dari seperseribu milimeter.

Saking mungilnya, hingga saat ini, belum ada penelitian yang mampu mengetahui secara jelas apa fungsinya dan apa yang mereka lakukan sehari-hari. Jumlahnya berbeda-beda dari waktu ke waktu. Bisa bertambah dan berkurang. Dan, itu masih terus terjadi selama hidup.
Mereka adalah peneliti dari Stanford University School of Medicine, yang telah menghabiskan waktunya beberapa tahun terakhir untuk membuat model rekayasa pencitraan baru tentang otak, yang disebutnya tomografi array (array tomography).

Disebut demikian karena model pencitraan kali ini terhubung dengan software baru yang dapat memilah-milah gambar seolah-olah terlihat seperti tiga dimensi. Tak cuma itu, gambar hasil pencitraan oleh software tersebut juga bisa diputar, ditembus, bahkan dinavigasikan secara bebas.
Untuk menguji model mereka, tim tidak langsung mengambil sampel manusia, melainkan tikus. Tikus dipilih karena otaknya secara biologis memiliki neuron lebih besar dan tampak dari kulit otak. Cahayanya kuning-hijau. Dengan adanya cahaya ini, peneliti jadi mampu melihat sinaps dengan latar belakang neuron.

Pada penelitiannya terhadap manusia, mereka menemukan bahwa otak manusia ternyata jauh lebih kompleks dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya, bahkan sampai ke titik di luar dugaan.

"Satu sinaps seperti sebuah mikroprosesor, lengkap dengan media penyimpanan dan elemen untuk memproses informasi, bukan sekadar tombol on dan off," kata Stephen Smith, profesor fisiologi molekuler dan seluler yang juga punya andil besar pada penelitian tersebut.

"Satu sinaps bisa menampung 1.000 tombol skala molekuler. Itu baru satu sinaps. Bisa dibayangkan, satu otak manusia memiliki berapa tombol. Bisa melebihi seluruh tombol komputer, router dan koneksi seluruh Internet yang ada di bumi," jelas Smith, yang dikutip VIVAnews dari Cnet, Minggu 21 November 2010.

From VIVAnews
by Muhammad Chandrataruna

Let's create our own world through writing, cinematography, photos, etc.

Selasa, 26 Oktober 2010

Fenomena Halo

On courtesy of http://regional.kompasiana.com/2010/10/21/fenomena-halo-matahari-di-padang/


Gempa yang terjadi tadi malam (25 Oktober 2010) pukul 21:42 dengan kekuatan 7,2 SR sekitar 7,8 km arah Barat Daya Pagai Selatan Mentawai, Sumatera Barat mengingatkan saya akan sms teman saya di Padang pada tanggal 22 Oktober 2010 isinya:

Kabar baik, kemaren siang (21 Oktober 2010) yang hallow cm menghitam..apa itu tanda-tanda mo gempa besar tas?

Sender: Noramayasari

Sent:
22 Okt 2010
08:11:43



Penggalan sms diatas bercerita tentang fenomena penampakan halo di kota padang. Lalu apa hubungan fenomena halo itu sendiri dengan kejadian bencana?

Namun sebelum berbicara apa hubungannya, mungkin perlu penjelasan apa sih itu fenomena halo? Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa fenomena halo adalah fenomena umum yang sering disebabkan oleh interaksi dari cahaya matahari dengan atmosfer, awan, air atau debu dan material lainnya. Kejadian halo matahari ini tidak beda jauh dengan pelangi. Pelangi terjadi ketika cahaya matahari dipantulkan dan dibiaskan oleh tetesan-tetesan air. Fenomena yang sama juga sering terjadi pada saat bulan purnama, sehingga disebut halo bulan

Dalam situs http://wahanapress.net/2010/06/12/kupas-tuntas-fenomena-halo-matahari/ disebutkan bahwa fenomena Halo, dalam bahasa dan tulisan Latin ἅλως, juga disebut sebagai nimbus atau gloriole. Merupakan fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya. Di alam biasanya kita lihat saat bulan purnama atau saat matahari terang di siang hari.

Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi.

Halo adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran seperti pelangi yang mengelilingi matahari. Halo adalah fenomena yang lebih sering terjadi di langit.

Pada umumnya halo melibatkan putaran radius 22° halo dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar diatas, menunjukan matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas kristal tersebut.

Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.

Gerhana matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan, dihasilkan oleh corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh kristal es, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun.

Saat awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedotan dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.

Refleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium.

Fenomena Halo, Fenomena Biasa

Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Susi Susiana, menyebutkan bahwa fenomena halo merupakan fenomena biasa yang bisa terjadi di seluruh muka bumi.

Bulatan halo di langit terbentuk karena adanya reaksi optik ketika sinar matahari dibiaskan kristal-kristal air pada lapisan awan tipis cirrus.

“Fenomena alam itu lumrah dan bisa terjadi di mana saja, seperti pelangi mengelilingi matahari atau bulan. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan cuaca,” kata Susiana saat menghadiri Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-60 tahun 2010 di Lembang Kabupaten Bandung.

Ia menyebutkan, fenomena halo mungkin jarang terjadi di daerah tropis, namun di belahan bumi Eropa fenomena itu sering terjadi.

Halo, selain terjadi dalam bentuk lingkaran penuh dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa terjadi dalam lingkaran separuh dengan pusat pada cahaya matahari.

Susiana menyebutkan, bila ingin melihat halo, kedua mata harus dilindungi dari pancaran sinar matahari.

“Jangan sesekali terlalu lama memandang halo, kalau perlu memakai kacamata hitam atau tiga dimensi, hindari kilauan pada kaca atau cermin,” katanya.

Khusus bagi mereka yang hendak mengambil foto dengan menggunakan kamera single lens reflex (SLR), sebaiknya tidak langsung membidik melalui kotak bidik ke arah halo, karena cahaya matahari akan masuk ke dalam lensa fokus dan bisa merusak retina mata.

Kesimpulan:
Lalu apakah ada relasi antara gempa yang terjadi di mentawai kemaren malam dengan fenomena halo beberapa waktu lalu di kota Padang. Mungkin saja tidak ada hubungan langsung dan penjelasan scientfic untuk merasionalisasikan ke dua peristiwa ini. Sama halnya dengan fenomena awan vertikal yang heboh diberitakan menjadi penanda bahwa akan ada gempa besar. Namun satu hal yang saya pikir patut kita cermati bahwa alam kata orang memiliki kepekaan untuk merasakan gejala-gejala tentang sebuah peristiwa katakan bencana akan terjadi. Fenomena alam bisa menjadi media pembawa pesan kepada umat manusia supaya lebih mawas dan bijaksana. Terlepas dari itu semua, ada satu hal penting yang perlu kita pahami bahwa tidak ada yang salah dengan bencana. Bencana adalah fenomena alam yang secara periodik akan muncul. Bencana alam memiliki siklus. Tsunami bukan cuma sekali terjadi. beberapa ratus tahun lalu, fenomena tsunami pernah melanda umat manusia demikian juga gempa bumi. Hal tersebut akan berulang terus menerus. Lalu apa yang dapat kita lakukan? Terlebih mengingat posisi Indonesia yang berada di zona cincin api, zona rawan bencana. Kenyataan demikian seharusnya membuat kita lebih aware bahwa kita harus hidup bijak berdampingan dengan bencana. Terkadang kerugian massive dari sebuah bencana diakibatkan oleh ketidakarifan manusia. So guys hal praktis yang perlu kita lakukan adalah sedari dini perlu membangun sebuah sistem kesiapsiagan baik di level individu/ keluarga maupun di level lebih luas lagi yakni masyarakat. Di lain waktu saya akan sharing dan berbagi pengalaman hal-hal praktis membangun sistem kesiapsiagaan tanggap darurat. So see you on the other occasion...



Let's create our own world through writing, cinematography, photos, etc.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Alah Bisa Karena Biasa

Catatan Reflektif di Akhir Minggu
Aktivitas Sarumaha
--------------------------------------------------------------------


Selalu saja ada hal baru bagi tiap orang untuk dilakukan. Ketika kita berbicara tentang hal baru untuk dilakukan, respon orang pastinya berbeda-beda. Ada yang takut-takut kalau-kalau gak bisa melakukannya. Ada yang antusias karena pengen banget mencoba sesuatu yang baru. Ada yang malu-malu karena gak pede and merasa gak layak aja untuk mengerjakannya. Ada juga yang memang tidak pengen mencoba dengan alasan sudah cukup mapan dan nyaman melakoni apa yang dilakukan selama ini. Bahkan tak jarang ada pula yang mengalami trauma karena pernah mengalami sebuah kegagalan saat melakoni sesuatu yang baru.

Apapun hal baru yang kita lakukan dan apapun respon yang kita berikan, satu hal yang menjadi garis merah adalah bahwa melakoni sesuatu yang baru pada awalnya tidaklah mudah. Tiap orang pastinya perlu penyesuaian diri (self adaptive skill) supaya bisa survive melakukannya. Awalnya emang mengerjakan sesuatu yang baru tidaklah gampang. Berbagai kesulitan mungkin dihadapi. Kesulitan yang dihadapi biasanya disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor kompetensi.

Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sederhananya pengetahuan itu artinya adalah segala sesuatu yang kita ketahui. Lebih jauh pengetahuan artinya adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh tiap orang. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan memampukan seseorang untuk melakukan sesuatu. Namun dengan pengetahuan saja tidak berarti seseorang dapat dikatakan sudah berkompetensi.

Pengetahuan yang diperoleh tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan tersebut dalam bentuk aksi. Inilah yang disebut sebagai keterampilan. Keterampilan itu berhubungan dengan kemampuan untuk mendemonstrasikan apa yang diketahui melalui media yang ada. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan motorik seseorang untuk mengaplikasikan apa yang ia ketahui dengan baik. Selain pengetahuan dan ketrampilan, ada satu aspek lain seseorang dikatakan berkompeten.

Aspek lain tersebut adalah sikap. Sikap lebih diartikan sebagai kemampuan interpersonal, kemampuan mental, kemampuan emosi, kemampuan sosial. Ada banyak orang yang berpengetahuan. Ada banyak orang yang memiliki keterampilan handal dan spektakuler, namun cenderung sedikit orang yang memiliki kemampuan mental yang baik untuk bersikap. Dalam catatan lain jika pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) dikaitkan dengan kecerdasan intelek (Intelectual Quotient/ IQ) maka aspek sikap sering dihubungkan dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual (Emotional Quotien/ EQ dan Spiritual Quatien/ SQ). EQ dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri dan membangun jaringan/hubungan sosial dengan orang lain. Sementara SQ dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk mengembangkan integritas pribadi, kejujuran dan memberi makna kehidupan. Kemampuan SQ ini hanya bisa dikembangkan kalau seseorang selalu ingat dan percaya kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

Dengan bahasa sederhana, saya mencoba memahami faktor kompetensi dengan sebutan saya tahu, saya bisa dan saya melakukan. Tahu saja tapi tidak bisa melakukan adalah pincang. Namun tahu dan bisa melakukan tapi tidak disertai niat dan sikap untuk melakukan sama dengan omong besar alias bohong. Jadi ketiga aspek ini harus berjalan beriringan. Faktor kompetensi yang memadai akan memudah seseorang untuk melakukan apapun hal baru yang ia kerjakan.

Kemampuan seseorang untuk melakukan hal baru selain dipengaruhi oleh faktor kempetensi, faktor jam terbang juga turut berkontribusi. Jam terbang berkaitan dengan proses untuk menjadi bisa dan biasa. Ada sebuah ilustrasi menarik yang baru saja dikirimkan oleh seorang sahabat melalui sms. Bunyinya: "Hidup kita ini seumpama sebuah pensil. Untuk menulis dengan baik, pensil harus selalu diraut menjadi tajam. Meski "sakit" saat diraut tapi menjadi tajam dan akan menjadi pensil yang bagus untuk berkarya". Untuk menjadi bisa dan terbiasa melalukan sesuatu dibutuhkan sebuah proses dan terkadang preses tersebut menyakitkan dan menuntut pengorbanan besar sama seperti sebuah pinsil yang mengalami proses perautan demi menghasilkan sebuah sketsa yang luar biasa. Semakin diasah akan semakin tajam. Berhenti mengasah menyebabkan penumpulan yang pada akhirnya menyebabkan kemandekan dalam berkarya.

Pepatah lama mengatakan alah bisa karena biasa. Segala kesukaran tidak akan terasa lagi apabila sudah biasa.Sesuatu yang pada awalnya dirasakan sulit bila sudah biasa dikerjakan akan menjadi mudah. Saya yakin sepanjang hidup, kita akan berhadapan dan mengalami hal baru untuk dilakukan sebab hidup adalah sebuah proses belajar dan mau menjalani pembelajaran. Tidak seseorang yang langsung mahir melakukan sesuatu yang baru dengan sempurna. Selalu ada proses belajar dan mau belajar dengan rendah hati seumpama anak kecil yang sedang belajar mengenali diri dan lingkungan sekitarnya. Proses belajar ibarat menaiki anak tangga. Kemampuan untuk menaiki anak tangga demi anak tangga terletak pada kerja keras, kemauan untuk belajar, ketekunan dan kesabaran. Semoga catatan reflektif ini sungguh memotivasi kita untuk tidak sungkan mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang baik dan positif, sesuatu yang tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan serta sesuatu yang berguna untuk pengembangan diri dan kedirian kita.





Let's create our own world through writing, cinematography, photos, etc.

Jumat, 22 Oktober 2010

King OF Gambler



King of gambler...
Let's rock the nite and going freaky
The majesty is in your hands
Let's show off to nite
Escape every single emotions
Let's go down the floor
Free your body till reaching the untouchable ceiling
Suck the air of freedom
Lay down your problem
And be the icon of the nite
Coz tonite is yours
Coz tonite you are the star of the stars
Coz tonite is the gambling time....

Kamis, 21 Oktober 2010

Dear Diary 2

Dear diari,
Thanks God hari ini gw bisa produktif dengan pekerjaanku. Gak tau apakah gw lagi mood aja kerjanya ato gimana. Yang pasti hari sungguh luar biasa. Persiapan hingga presentasi proyek yang menurutku not so bad lah..Gw sungguh bersyukur hari ini banyak hal baik yang boleh dikerjakan. Yang pasti hari ini jauh lebih baik dari hari kemaren deh.

Oh iya hari ini gw mau berbagi satu kutipan menarik dari Santo Fransiskus asal Asisi, Italia: "God grant me serenity to accept the things I can not change, the courage to change the things I can and the wisdom to know the difference". Kurang lebih artinya adalah Tuhan menganugrahkan kepada saya ketenangan untuk menerima segala sesuatu yang tidak bisa saya ubah. keberanian untuk mengubah sesuatu yang dapat saya ubah dan hikmat untuk mengetahui perbedaan.

Terkadang banyak orang sulit menerima kenyataan hidup bahkan membenci kenyataan dirinya. Banyak yang komplain oh..mengapa ini tidak terjadi sesuai yang saya harapkan. Maunya seperti ini bukan seperti itu. Bahkan tidak jarang banyak yang akhirnya menjadi frustasi, menjalani realita yang sungguh berbeza jauh dari yang diimpikan. Yang parahnya orang lain akan menjadi kambing hitam dari situasi tidak mengenakkan yang sedang dihadapi. Tapi sungguh hal yang lebih parah lagi luapan kekesalan tersebut dilampiaskan kepada pengrusakan benda-benda yang ada disekeliling kita seperti menumbuk meja, memecahkan barang-barang, membanting pintu. Sungguh ini perilaku yang abnormal. Apa salah meja, apa salah gelas dan apa salah pintu sehingga kita berhak memperlakukan mereka secara tidak manusiawi eh salah secara kebendaan...Toh benda-benda tersebut juga menyandang predikat sebagai mahkluk bedanya kita mahkluk hidup, mereka mahkluk tidak hidup. Kok jadi bicara ngolor ngidul gini ya hehe...ah sudahlah back to the topic.

Intinya pesan yang pengen disampaikan oleh Fransiskus adalah kita kudu punya sikap berserah pada Tuhan, berbesar hati menerima kenyataan sekalipun itu berbeda dari kita harapkan, gak mudah putus asa, mau belajar dari segala sesuatu yang kita alami. Mereka yang dewasa akan belajar berdamai dengan kenyataan dan menerima apapun yang terjadi. Jadi teringat dengan lagu si Bondan feat fade2black "Ya sudahlah". So kawan kalo lagi sedih ato lagi menghadapi sesuatu yang emang gak klop dengan apa yang kamu cita-citakan ato planningkan, dengar aja lagunya si Bondan...stay well, take it easy coz everythings gonna be ok and satu lagi jangan lupa tetap mengaminin kalo Human being do planning but God disposes...ya manusia itu cuma bisa merencanakan and The Big Bos yang menentukan...bener gak pin...betul..betul..betul


Ya Sudahlah

Bondan Prakosa:
Ketika mimpimu yg begitu indah,
tak pernah terwujud..ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu,
dan tak pernah sampai..ya sudahlah (hhmm)

*reff:
Apapun yg terjadi, ku kan slalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih..coz everything's gonna be OKAY

Santoz:
yo..Satu dari sekian kemungkinan
kau jatuh tanpa ada harapan
saat itu raga kupersembahkan
bersama jiwa, cita,cinta dan harapan

Lezz:
Kita sambung satu persatu sebab akibat
tapi tenanglah mata hati kita kan lihat
menuntun ke arah mata angin bahagia
kau dan aku tahu,jalan selalu ada

titz:
juga ku tahu lagi problema kan terus menerjang
bagai deras ombak yang menabrak karang
namun ku tahu..ku tahu kau mampu tuk tetap tenang
hadapi ini bersamaku hingga ajal datang

Bondan Prakoso:
Sempat kau berharap keramahan cinta,
tak pernah kau dapat..ya sudahlah
yeeah..dengar ku bernyanyi..lalalalalala
heyyeye yaya dedudedadedudedudidam..semua ini belum *****hir

back to *reff

Fade 2 Black:
satukan langkah..langkah yg beriring!
genggam hati, rangkul emosi!

Bondan Prakosa:
Genggamlah hatiku, satukan langkah kita

Fade 2 Black:
Sama rasa, tanpa pamrih
ini cinta..across da sea

Bondan Prakosa:
peluklah diriku..terbanglah bersamaku, melayang jauh.. (come fly with me, baby)

Fade 2 Black:
Ini aku dari ujung rambut menyusur jemari
sosok ini yg menerima kelemahan hati
yea..aku cinta kau..(ini cinta kita)
cukup satu waktu yes.(untuk satu cinta)

satu cinta ini akan tuntun jalanku
rapatkan jiwamu yo tenang disisiku
rebahkan rasamu..untuk yg ditunggu
BAHAGIA..HINGGA UJUNG WAKTU..

back to *reff 3x

Rabu, 20 Oktober 2010

Dear Diary

Dear diari,
Gak tau lah belakang gw merasa bete and really loosing spirit. Situasi proyek yang sedang kritis ditambah rencana hengkangnya seorang pentolan proyek buat gw really desperated. Sejujurnya gw ngerasa gamang untuk ngelanjutin proyek ini. Kegamanganku cukup beralasan. Situasi proyek sedang mengalami krisis. Krisis kepemimpinan, tim yang semakin kurang solid dan motivasi kerja menurun, regenerasi dan tranfering fungsi-fungsi manajerial proyek yang kurang berjalan mulus, kerumitan proyek dan kasak kusuk internal tim yang sudah layaknya benang kusut, hingga rendahnya rasa percaya diriku untuk mengembang tugas yang lebih berat dan serius memimpin proyek ini bersama teman-teman sampai selesai.

Entahlah...I really feel bad, gw kesal dan gw tak tahu harus menumpahkan kekesalanku ini kepada siapa. If I am given option sejujurnya ngelanjutin proyek ini berat banget. Lebih mudah memimpin sebuah proyek baru, atau sesuatu yang baru dibanding melanjutkan  sesuatu yang gak well managed.

Diari, gw berharap, teman-teman tim proyek bisa menjalankan sisa proyek setahun ini sampai selesai. Harapan terbesarku adalah tim kami bisa solid, sabar, saling menghargai dan memahami, penuh kesungguhan dan serius menjalankan kegiatan, saling mendukung. Setidaknya gw optimis hal ini yang menjadi kekuatan untuk menuntaskan pekerjaan ini. Gw berharap dari kekacauan ini akan muncul sebuah keteraturan. Tentunya keteraturan ini bisa terjadi pabila tiap orang dalam tim kami mau belajar dan menarik pembelajaran untuk perbaikan ke depan. Semoga...

Sabtu, 09 Oktober 2010

ADA APA DENGAN ANGKA 10?


1 Oktober kemaren usiaku genap 28 tahun loh. Aku berharap di usiaku yang genap 28 tahun ini, ada banyak hal yang boleh tergenapi. Kegenapan bagiku adalah angka 10. Sebuah angka sempurna. Lalu apa hubungannya dengan usiaku yang ke 28?

Dalam permenunganku, di usiaku yang ke 28 di tanggal 1 bulan 10 tahun 2010, sebuah milestone dalam kehidupanku telah terlewati. Aku berharap penggenapan akan apa yang kuimpikan boleh mulai terjadi menjelang dan setelah aku berumur 28 tahun. Lalu apa hubungannya dengan angka 10?

Ini mungkin hanya permainan angka belaka. Aku lahir tanggal 1 di bulan 10 di tahun 1982. Secara kalkulasi angka, angka dominan yang dihasilkan adalah angka 10. Mau tahu? Ini dia asal muasalnya: 1982 (1+9 = 10) dan (8+2=10). Angka 10 juga dihasilkan dari penjumlahan angka 28 (2+8=10). Sekarang adalah bulan 10 tahun 2010. Angka 10 menjadi angka dominan di tahun ini. Namun apa implikasinya dalam kehidupanku?

Harapku semoga cita-cita dan impianku boleh tergenapi. Tergenapi mengakhiri masa jomblo, tergenapi dapat pekerjaan yang lebih baik, tergenapi punya aset, tergenapi dapat kesempatan beasiswa ke luar negeri, tergenapi untuk segera mengakhiri masa lajang, tergenapi melakukan banya karya kemanusian dengan maksimal, tergenapi menjadi manusia yang jauh lebih dewasa secara lahir batin. Harapku hal itu semua boleh tergenapi menjelang saat maupun setelah usiaku genap 28 tahun.

Usia 28 tahun bukan sebuah masa yang singkat. Sebuah perjalanan panjang telah terukir menapaki berbagai macam zona kehidupan. Zona nyaman, zona batu cadas, zona kerikil-kerikil tajam, zona penuh pergulatan, zona bersama orang-orang yang dikasihi, zona kehilangan orang yang dikasihi, zona mencintai dan dicintai, zona dikhianati, zona jatuh bangun dan berbagai zona yang mungkin tak dapat kusebutkan satu per satu dengan berbagai keunikan dan dinamika tersendiri.

Sebuah kaleodoskop anak manusia telah dimulai 28 tahun silam. Sebuah kaleodoskop yang sampai sekarang terus berlanjut namun ku tak tahu akan berhenti kapan. Kaleodoskop yang kedatangannya dan keberakhirannya adalah sebuah misteri yang hanya diketahui oleh Sang Khalik. Kaleodoskop yang telah sedang dan terus ditenun oleh Sang Ibu. Keleodoskop yang berisikan rekam jejak kisah anak manusia bernama Aktivitas Ketabahan Hari Sarumaha di atas lembaran bola bumi. Jejak kaleodoskop yang terus tercatat dalam sebuah memori kehidupan yang suatu saat akan menjadi sebuah memoar di atas bentala yang disebut planet nibiru.
Ketika semuanya tergenapi (akupun berharap demikian) dan ketika semuanya akan berakhir dan telah menjadi sebuah kenangan, satu masa kaleodoskop pun turut berakhir dan akan mulai dengan untaian kaleodoskop yang baru. Demikian angka 10 suatu saat akan kembali menjadi angka 1 setelah ia dikalkulasikan oleh angka itu sendiri 1+0 = 1.

Jumat, 24 September 2010

Surat Untuk Tuhan

Tuhan aku mau tulis surat untukMu
Karena hanya padaMu aku bisa curhat
Aku tak bisa cerita banyak ke yang lain
Hanya padaMu aku ingin cerita

Sebenarnya ada hal penting dan
Sangat sulit untuk aku ungkapkan
Aku ingin jujur tentang satu hal
Tapi aku takut...

Aku takut orang lain takkan pernah mau mengerti
Takut jika yang lain tertawa
Takut pabila yang lain menghindar
Terlebih aku takut jika hal ini tak layak Kau dengar

Aku banyak dengar tentang Engkau
Engkau tahu banyak hal tentang Aku
Setidaknya itulah yang orang lain katakan tentang Engkau
Karena Engkau Maha Tahu apa perlu aku beritahu semuanya padaMu?

Aku ingin cerita banyak
Tentang kisahku diatas bentala hijau
Yang sudah mulai mengering
Kisah-kisahku menjalani waktu

Tapi aku merasa Engkau begitu jauh
Sulit untuk digapai suratku ini
Mungkin sebaiknya aku tak perlu curhat padaMu
Karena Engkau sudah tahu apa yang sebenarnya ingin kukatakan.

By Aktivitas Sarumaha

Selasa, 21 September 2010

BE STRONG

Claudia Gonsalves

Be strong black men, be strong!
Don't let the oppressors break you down
don't let them;
don't let them take your strength
and suppress it in a prison cell
don't let them, black men,
don't let them!

Don't accept their drugs
and distribute them
instead of hugs
don't do it black men,
don 't do it!

Don't let them turn your mind
and leave you completely blind
be strong, black men,
be strong!

Use your strength
to build our nation
by building up your mind
by building up our communities
by being nice and loving to your own kind
and by sharing some quality time.
Remember that we're hurting too
so be kind to us, black men,
be kind.

Improve your life
share your thoughts
share your hurts with your family
we sincerely care about you.
Be there for your children
be there for your parents
be our support.
Be there for us, black men,
be there!

Be our hope
be our lighthouse
to guide us to a brighter, better future.
Be our fortress to protect us from negative forces
from those who want to destroy us.
Protect us, black men,
protect us!

When it seems there is nowhere else to go
look around you, we're here for you.
We are your strength
we're here for you, black men,
we're here.
Just reach out or call
but most of all
be strong, black men,
be strong!

© Claudia A. Gonsalves

Jumat, 17 September 2010

Majalah Bahana: Buang Ilusi Sesat pada Sekolah dan Universitas

Taken from Majalah Bahana

Menurut Andrias “Manusia Pembelajar” Harefa, hanya ada dua hal yang mungkin terjadi ketika kita mencoba merenungkan atmosfer pendidikan kita, yakni menangis atau gila. Alasannya? Dalam sejarah, pendidikan di Indonesia belum pernah mengemban tugas sesuai dengan perannya. Ia dikebiri dan secara sembrono disamakan dengan pengajaran yang artinya sangat berbeda. Tidak hanya itu, jagad pendidikan senantiasa dipolitisir demi kepentingan penguasa sehingga hasilnya sangat menyedihkan. Dalam salah satu bukunya, ayah dua putri ini bahkan menyitir dan mengapresiasi sinyalemen Pastor Sindhunata, SJ yang mengatakan bahwa pendidikan kita hanya melahirkan air mata. Untuk mengetahui lebih jauh pandangan pengagum Alvin Toffler dan penulis sejumlah buku best seller terbitan KOMPAS ini, berikut wawancara eksklusif wartawan kami E. Dapa Loka:

Anda adalah salah seorang di republik ini yang berkeputusan tidak menyelesaikan kuliah. Mengapa itu terjadi?
Bisa sederhana, bisa juga didramatisir. Sejak mulai kuliah saya selalu mencari alasan kenapa saya kuliah. Apakah karena teman saya kuliah lalu saya juga kuliah? Apakah kalau nggak kuliah saya nggak bisa apa-apa? Pertanyaan lain yang muncul kemudian adalah kenapa saya harus lulus? Apa gunanya gelar? Tiga bulan pertama saya sudah kecewa dengan kuliah. Saya kuliah di UGM dengan mutu yang cukup baik waktu itu. Tapi begitu mulai kuliah, ternyata kuliah itu begitu membodohkan. Sifatnya hafalan, sikap para dosen tidak demokratis. Kalau di fakultas teknik mungkin saya masih bisa terima tapi ini di fakultas hukum. Orang tidak bisa berbeda pendapat dan dosen selalu benar.

Dalam pikiran saya yang sederhana ketika itu, sepintar-pintarnya dosen, seluruh kuliahnya hanya bisa mewakili satu buku karangannya sendiri. Kalau orang membaca buku lain, sangat bisa orang berbeda pendapat. Sepanjang itu argumentative, dia harus bisa hargai. Kalau tidak, maka sebetulnya, dia menciptakan mesin-mesin penghafal. Dan generasi saya adalah generasi yang mengkritik bahwa pendidikan tinggi kita hanya melahirkan beo-beo. Persis penataran, semua diseragamkan. Pikiran diseragamkan dan kasarnya, kentut pun diseragamkan. Itu jelas proses dehumanisasi.

Saya lebih banyak main di luar. Kalau bolos bukan bolos kuliah tapi bolos ujian. Apa sih artinya nilai A atau B? Saya tidak menemukan jawaban yang final sampai saya sudah menyelesaikan 142 SKS, sudah bisa KKN, susun skripsi dan wisuda. Tapi justru saat itu kekecewaan saya memuncak. Saya bilang, selama saya belum menemukan alasan kenapa harus lulus dan bergelar, ya sudahlah saya berhenti saja. Apalagi sejak awal kuliah saya sudah memutuskan untuk tidak akan membuat surat lamaran pekerjaan sehingga ijazah saya tidak akan pernah difoto kopi.

Apa yang membuat Anda mencoba berpikir lain atau kritis terhadap profil pendidikan kita?
Kalau kita betul-betul belajar, kita bisa mengkontribusikan sesuatu. Kita bisa mencipta atau membuat sesuatu. Kita tidak hanya sekadar memperpanjang barisan pencari kerja. Saya confidence saja.
Dari alasan Anda berhenti kuliah tadi, dapatkah saya simpulkan bahwa Anda adalah seorang yang tengah gelisah atau digelisahkan oleh situasi pendidikan ketika itu?

Mungkin betul. Yang jelas saya sendiri gelisah dengan sistem semacam itu tapi saya juga tidak bisa memberikan pemecahan dalam kapasitas saya ketika itu. Paling–paling efeknya, saya lebih suka ikut kelompok studi. Beberapa teman kelompok studi kini sudah menjadi “selebritis elit” di Indonesia seperti Rizal Mallarangeng, Denny J.A. Bonar Tigor Naipospos yang tertangkap membawa buku Marx lalu dipenjarakan juga teman diskusi. Saya bukan tokoh, saya hanya rajin ikut dalam forum-forum diskusi “gelap” itu. Emha Ainun Nadjib, Arief Budiman sering datang. Rasanya itu jauh lebih menarik dari pelajaran-pelajaran di kampus karena kita bicara hal-hal yang sangat real. Kalau di kampus kita selalu membicarakan pendapat orang jadi sering nggak nyambung sama hidup.

Dalam pengamatan Anda, apa sih yang menyebabkan sistem pendidikan kita seperti itu?
Ini tidak bisa lepas dari konteks politiknya. Politik kita kan sangat represif. Atasan selalu benar, jenderal selalu benar. Tidak ada suara oposisi. Secara keseluruhan budaya politik kita sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Pendidikan itu dirancang buat apa? Seperti pada zaman Belanda saja, yakni untuk mensuplai tenaga abtenar yang melestarikan status quo. Pendidikan kita dipolitisir. Bagaimana jiwa kritis bisa berkembang dalam satu system yang secara nasional dipolitisir?

Jadi apakah boleh dikatakan, ketika terjadi politisasi terhadap pendidikan di saat yang sama pula telah terjadi pengingkaran terhadap makna pendidikan itu sendiri?
Ya, pasti! Kecuali kalau sistem politik itu berkembang ke arah yang demokratis. Kalau kita lihat persoalan Indonesia sekarang, seluruhnya bisa diselesaikan dengan satu kata. Dan kata sakti itu adalah “pendidikan”! Tetapi ini pemecahan jangka panjang. Masalah kita adalah masalah manusia, masalah sumber daya, ketidakmampuan, kebodohan yang semuanya berakar pada manusia Indonesia. Yang paling rasional adalah pendidikan. Jadi pendidikan itu selalu bersifat jangka panjang. Persoalannya, kita selalu memikirkan hal yang bersifat jangka pendek. Kalau saya mau pakai bahasa yang lebih tegas, saya senang dengan definisinya Nurcholish Madjid tentang apa itu dosa. Dosa itu apa saja yang dalam jangka pendek membawa kesenangan tapi dalam jangka panjang membawa kesengsaraan.

Bercermin dari definisi tersebut, sebenarnya bangsa ini telah tercebur dalam dosa yang sangat besar, begitu?
Saya kira begitu. Itu dosa structural dan juga dosa kita bersama.

Dalam banyak kesempatan termasuk dalam buku-buku Anda, Anda selalu memakai kata “pembelajaran”. Apa yang Anda mau katakan?
Pembelajaran itu adalah kata yang saya gunakan untuk menggantikan kata teaching-learning. Mengajar-belajar itulah pembelajaran. Kalau saya mengajar orang belajar maka ciri bahwa saya berhasil, begitu dia menyelesaikan tahap tertentu, dia menjadi manusia yang siap belajar bukan siap pakai. Dia belajar di mana? Di kehidupan. Jadi kalau universitas mempunyai cara berpikir yang benar, lulusan sarjana itu adalah orang yang mulai belajar di masyarakat. Bukan orang yang sok pintar mengajari masyarakat. Itu kacau sekali. Kebanyakan sarjana nggak mau melakukan pekerjaan tidak “mentereng”. Mereka merasa sudah punya sesuatu. Berapapun akumulasi pengetahuan yang mereka kumpulkan kalau belum bisa dikaitkan dengan persoalan real, menjadi bukan apa-apa. Jadi paling masuk akal kalau universitas kita menghasilkan orang yang siap belajar. Kalau dia tidak siap belajar, sok pintar dia jadi kurang ajar.

Lalu bagaimana seorang keluaran sebuah tahap pembelajaran tertentu menempatkan hasil belajarnya ketika ia mulai masuk dalam dunia riil?
Pertanyaan ini bisa dijawab dengan satu pertanyaan, apa tujuan dari proses pendidikan, pengajaran, dan pelatihan? Dalam bahasa umum, semua ini disebut pendidikan tapi corak yang saya sebut pendidikan adalah hal yang bersifat informal, pengajaran itu selalu formal dan pelatihan itu yang non-formal.

Lalu apa yang bisa diharapkan dari ketiganya bagi kaum muda?
Buat saya, pertama, kalau kita pakai cara berpikir “serba siap”, kita menjadi orang yang siap hidup. Dalam konteks seperti apa pun mereka siap. Siap yang kedua, mereka selalu siap mengejar pengetahuan. Ini menyangkut budaya baca sesudah sekolah-sekolah formal itu diselesaikan. Yang ketiga, secara fisik mereka harus siap berkarya. Jadi kita mempersiapkan orang muda untuk siap hidup menjadi dirinya sesuai dengan talenta padanya lalu punya karya yang bisa disumbangkan bagi masyarakatnya. Dia juga harus menjaga kerendahan hatinya untuk selalu belajar. Ini yang bersifat personal. Ketika ia berhubungan dengan masyarakat ada hubungan interpersonal. Maka siap yang keempat adalah dia siap bekerja sama, siap hidup damai bersama dalam perbedaan. Proses pendidikan, pengajaran dan pelatihan merupakan tanggung jawab masyarakat secara keseluruhan. Seandainya sekolah, universitas bisa mempersiapkan alumninya menjadi siap belajar saja, itu sudah bagus. Sekarang ini nggak siap apa-apa. Hidup nggak siap, belajar nggak siap, sok pintar, berkarya nggak bisa, selalu menyusahkan orang. Pengangguran itu kan menyusahkan orang. Siapa yang ngurusi kalau you nganggur? Jadi parasit dalam masyarakat. Tapi itu tidak bersifat individual. Saya harus katakan, ini tidak bisa dibebankan menjadi tanggung jawab perseorangan. Ini sangat terikat pada konteks sistem politik kita.

Soal belajar tadi, apakah boleh dipahami bahwa seumur hidup orang berada dalam proses belajar tapi pada tahap tertentu, dia mulai berkarya?
Ya! Kita lihat saja proses naturalnyalah. Bayi itu bisa apa? Tanpa proses belajar, bayi itu mati. Masa yang paling baik di mana bayi belajar dengan kecepatan paling mengagumkan adalah balita. Mengapa orang dewasa tidak lagi mengalami keajaiban dalam pertumbuhan? Karena dia berhenti belajar! Apa pun yang kita perlukan untuk memperbaiki taraf hidup menurut saya ada di sekitar kita. Tetapi untuk melihat hal itu, orang harus melek nggak bisa buta. Kebanyakan orang itu buta. Dia mencari ke mana-mana padahal itu ada di sekitarnya.

Kalau saya bilang buta, saya memahami manusia itu melihat dengan tiga macam mata, yakni mata inderawi, mata budi atau mata pengetahuan dan yang ketiga mata jiwa atau mata batin. Bisa saja mata inderawi orang itu melek tapi dua matanya yang lain buta. Budinya tidak wajar.

Konsep apa yang Anda tawarkan untuk menyongsong pendidikan yang lebih baik?
Yang pertama, kita harus buang harapan yang berlebihan terhadap sekolah dan universitas. Orang tua menjual sawah dan ladang supaya anaknya jadi sarjana, kan? Hal ini didorong oleh harapan bahwa begitu anaknya jadi sarjana, maka segala sesuatu akan gampang dilakukan dan berhasil. Ini pikiran sesat di dalam masyarakat. Berapa banyak petani yang sesudah anaknya jadi sarjana, anaknya menganggur sementara tanah pertaniannya sudah hilang lalu menjadi buruh tani? Bukannya tambah makmur, malah tambah susah. Kenapa? Karena kita terlalu mendewa-dewakan hal yang bersifat formal. Kalau kerja harus kantoran. Jadi buanglah ilusi sesat pikir itu.

Yang kedua, kita harus mengembalikan proses belajar secara total, yakni holistic atau integrated learning. HATI (holistic, authentic dan integrated), disingkat “Hati Learning”. Ini konsep yang belum selesai tapi sudah ada dalam pikiran saya. Jadi kalau kita lihat dalam proses HATI learning ini, maka konsep belajar harus ada dan dimulai dari rumah. Di luar negeri disebut semacam home schooling. Daripada memasukkan anak-anak ke sekolah yang tidak bermutu lebih baik di rumah tapi pemerintah harus memberikan alat-alat, modul atau kurikulumnya.

Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa bekerja bukan berarti putus belajar. Kita ini memang dikutuk tiga kali: kutukan itu kita peroleh melalui sejak SD-SLTA. Kutukan itu namanya STTB. Ini kan nggak masuk akal. Yang tamat belajar itu kan orang mati. Jadi kita dikutuk mati karena nggak mati lalu belajar lagi. Dan cara sesat pikir seperti ini tidak saja terjadi di Indonesia tapi terjadi secara global. Ini juga yang terjadi dengan iklan ajakan “ayo sekolah” itu. Bukan saya nggak setuju orang sekolah, silakan saja. Ajakan itu menyesatkan menurut saya. Esensinya itu bukan sekolah. Beda kalau saya bilang ayo belajar. Apa yang terjadi di sekolah? Ya, penjejalan, perlakuan yang tidak manusiawi. Di sana ada pengajar yang suka korupsi dengan cara menyedihkan. Ponakan saya kelas VI SD mengikuti Ebtanas, gurunya memberi contekan. Semua murid yang ikut les privat pada guru itu diberi contekan.

Yang keempat, community learning. Ini proses yang sebagian terjadi lewat pendampingan LSM. LSM itu kan konsepnya community, yakni pengembangan berdasarkan komunitas. Maka sangat baik kalau LSM-LSM kita punya perpustakaan yang baik, bukan ngurusi dirikan sekolah. Yang paling masuk akal untuk pengembangan pendidikan di daerah terpencil adalah pengajar keliling. Di Nias menurut saya pengajar keliling yang lebih relevan bukan bangun gedung sekolah. Mengajar bukan harus di kelas.

Siapa yang memulai?
Kita harus memulai. Kita harus berhenti menunggu orang lain memulai. Bahwa pemerintah harus digugat terus, ya! Tapi kita harus melakukan. Kita harus bertumpu pada masyarakat. Kalau bicara soal civil society, motor penggeraknya adalah sipil, masyarakat warga, masyarakat otentik. Jadi kitalah yang memberdayakan kita. Jangan tunggu, tolong dong saya diberdayakan. Itu sontoloyo sekali. Tapi proses itu pasti tidak gampang dan pasti tidak cepat. Saya baru menggerakkan orang untuk mendukung program “Indonesia Belajarlah!” Ini juga bisa berarti, Indonesia Bertobatlah. Karena belajar dalam tahap yang paling dasar adalah perubahan dalam tingkat yang paling dasar. Belajar itu punya dimensi spiritual sampai di pertobatan atau metanoia.

Lalu apa yang bisa dikatakan dengan kondisi seperti ini?
Kalau kita mau jujur berkaitan dengan pendidikan di Indonesia, kemungkinan cuma dua, yakni kita gila atau nangis. Kalau nangis lalu nggak lakukan apa-apa, ya nggak ada artinya hidup ini. Yang diperlukan di Indonesia ini adalah ordinary people melakukan ordinary action dengan extraordinary commitment. Jadi kita orang-orang biasa bisa memperbaiki situasi ini. Nggak usah mencari orang-orang hebat. Kita bersepakat melakukan hal-hal sederhana dalam perspektif dua puluh tahun. Kalau banyak orang seperti itu, banyak harapan. Tapi kalau mengharapkan pemerintah atau depdiknas saja yang melakukan perombakan-perombakan, menurut saya nggak ada harapan.

Yang paling mungkin Anda gagas untuk Nias, apa?
Saya nggak mau menggagas apa-apa untuk Nias. Saya sangat sulit ditarik untuk melihat sesuatu yang bersifat primordial. Mungkin karena pengaruh dalam keluarga saya ada China, India, Belanda, Bali. Perspektif saya lebih Indonesia atau kemanusiaan secara umum. Tapi saya melihat akan ada prospek di Nias kalau motor penggeraknya adalah orang yang usianya 20-40 sekarang ini. Saya tidak punya kontribusi secara khusus tentang Nias tapi paling tidak kalau nama khas Nias itu disebut tidak memalukanlah. Saya nggak pernah ribut soal keniasan saya. Tapi kalau nama saya disebut, orang tidak melihat Nias itu melulu jelek.

Kalau mendifinisikan secara ringkas, pendidikan menurut Anda itu apa?
Kalau kita lacak dari etimologi kata itu saja education atau educare (Latin-red), artinya kan mengeluarkan sesuatu dari dalam. Apa yang dikeluarkan? Yakni potensi-potensi, bakat. Dinyatakan keluar. Ketika sesuatu diajarkan dari luar dan masuk, itu sama sekali bukan pendidikan. Teaching adalah dari luar ke dalam. Edukasi adalah proses apa pun yang kita alami bercampur aduk di dalam lalu coba kita keluarkan, kita nyatakan lalu keluarnya dalam bentuk karya. Jadi orang yang terdidik adalah orang yang produktif menurut saya. Tetapi orang yang terpelajar belum tentu. Terpelajar itu akumulasi pengetahuan. Jadi proses pendidikan adalah proses menyatakan “saya hadir, saya ada, saya bersama Anda”.

Dalam rangka meng-educare ini, kita sudah punya fasilitas belum?
Persoalannya adalah apakah kita mau menciptakan fasilitas. Atau lebih tegas lagi, apakah kita mau memainkan peranan sebagai fasilitator dan bukan sebagai intimidator? Pengajar dan dosen itu mau nggak jadi fasilitator proses belajar? Dalam proses ini bukan fasilitator yang penting. Fasilitator hanya menciptakan suasana dan aktornya adalah orang-orang yang difasilitasi. Nah ada nggak kerendahan hati dan kemauan politik sekuat itu di kalangan orang-orang yang berdiri di depan kelas dan mimbar kampus?

Dengan sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat ini, Anda optimis nggak akan muncul pemimpin sekelas Leimena atau TB Simatupang, Syahrir, Bung Karno, I.J Kasimo atau yang lainnya?
Katanya kalau orang punya iman nggak bisa pesimis, ya? Kalau you tanya pada level keyakinan, saya akan memilih untuk yakin walaupun keyakinan saya itu dianiaya oleh perilaku elit politik khususnya. Ini kan menganiaya harapan rakyat biasa seperti saya ini. Optimisme saya justru muncul ketika melakukan aktivitas di level masyarakat. Di sana banyak sekali gerakan-gerakan yang hasilnya memang tidak bisa spektakular dalam jangka pendek tapi tetap jalan. Kalau orang baca koran akan frustrasi, kehilangan harapan dan menjadi sangat pesimistik. Tapi kalau kita lihat jaringan-jaringan dan proses-proses yang berjalan sekarang, saya kok optimis. Ada kegelisahan. Sepanjang ada kegelisahan dan cukup banyak orang yang gelisah pingin melakukan sesuatu, akan terjadi perubahan.

Apa yang Anda lakukan atas “penganiayaan” itu?
Ya, kita berkarya sajalah. Kita tidak usah berdebat dalam tataran yang bersifat idealistic saja tapi menemukan sesuatu. Lewat program “Indonesia Belajarlah” saya akan melakukan beberapa hal. Pertama, kita akan menerbitkan news letter sebanyak 100 ribu eksemplar setiap bulan. Kita bagikan gratis hanya untuk menyerukan bahwa kita ini bangsa yang nggak belajar atau kita belajar juga namun too late, too little and too slow. Kita berharap ini bisa dibaca orang. Kedua, mencoba mengumpulkan orang untuk mendukung program “hibah buku” bagi berbagai eksperimentasi terutama bagi yang miskin dan gelandangan. Target saya setiap tahun kita hibahkan sebanyak 17 ribu buah buku. Saya nggak tahu bagaimana caranya tapi saya akan bicara dengan orang. Pasti akan ada yang mau membantu. Ketiga, membuat forum pembelajaran pemberdayaan keluarga. Ini juga bersifat sosial. Kita tidak boleh “menikmati” penganiayaan. (E. Dapa Loka)

Senin, 13 September 2010

Pulau Asu


sebuah sudut di pulau asu
Asu Island is one of the eight small islands which lies to the west of Nias Island, Indian Ocean. Uninhabited island about 22 families deserve to become one of the marine tourism destinations. You will not regret ever setting foot into this island. Besides the beauty of white sandy beaches, the island of Asu also become a new alternative that was secretly ogled by many professional surfers. No need to hesitate to come to this island. You will be greeted with the friendliness and simplicity of the society. Available lodging and restaurant with homestay style. There was also a star-class lodging. To reach this island from Gunungsitoli to Sirombu the time needed approximately 1.5 hours by car or motor bike. From Sirombu harbor to Asu Island takes one hour. Unfortunately, the lack of adequate supporting facilities such as boats, recreational facilities, shops, health centers become a serious challenge for those who like luxurious travel.

Pulau Asu adalah salah satu dari 8 pulau kecil yang terbentang di sebelah barat pulau Nias, Samudera Hindia. Pulau berpenghuni sekitar 22 KK ini patut untuk menjadi salah satu destinasi wisata bahari. Dijamin takkan nyesal pernah menjejakkan kaki ke pulau ini. Selain keindahan pantainya yang berpasir putih, pulau Asu juga menjadi alternatif baru yang diam-diam banyak dilirik oleh peselancar profesional. Tak perlu ragu untuk datang ke pulau ini. Anda akan disambut dengan keramahan dan kesahajaan masyarakatnya. Tersedia penginapan dan rumah makan ala homestay. Penginapan kelas bintang juga ada. Untuk mencapai pulau ini dibutuhkan waktu dari Gunungsitoli menuju Sirombu sekitar 1,5 jam. Dari pelabuhan Sirombu menuju Pulau Asu memakan waktu 1 jam. Sayangnya minimnya fasilitas pendukung yang memadai seperti kapal, sarana rekreasi, toko, balai kesehatan menjadi tantangan berat bagi anda yang suka pelesiran.