Selasa, 25 September 2012

Sehatkan Tanah Dengan Pupuk Organik


 Aktivitas Sarumaha
 

Penggunaaan pupuk kimia dan pestisida kimia sudah sangat populer di kalangan para petani. Kalau tidak percaya sekali waktu datanglah berkunjung ke desa-desa dan coba tanyakan apa saja merek pupuk kimia yang mereka ketahui dan sering digunakan. Sederet jenis dan merek pupuk dengan sangat mudah disebutkan seperti Urea, KCl, MPK, Decis, Furadan, dan lain-lain. Ketika berdiskusi dengan petani di beberapa desa dampingan, ada dua alasan umum mengapa pupuk kimia dan pestisida kimia selama ini masih cenderung banyak digunakan. Alasannya adalah penggunaannya praktis tinggal beli dari penyedia dan proses untuk melihat hasil tanaman lebih cepat.

Di awal penggunaan memang alasan yang diutarakan tersebut dapat dibuktikan oleh petani. Panen lebih cepat, gangguan hama berkurang, petani jadi senang karena panen melimpah. Namun penggunaan berlebihan dalam jangka panjang berdampak negatif pada lingkungan. Pernah ketika berkunjung ke salah satu komunitas dampingan, seorang petani menceritakan pengalamannya menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Si petani menggunakan pupuk kimia dengan berlebihan. Ternyata dia melakukan itu karena berpikir dengan dosis yang tinggi, hasilnya pasti manjur. Bukannya untung yang didapat malah gagal panen yang dialami karena padi yang ditanam menjadi layu.

Pada dasarnya penggunaan pupuk kimia berlebihan dan dalam kurun waktu yang panjang pada lahan pertanian menyebabkan penurunan kesuburan tanah akibat penipisan bahan organik tanah. Pupuk kimia mudah larut dalam air dan mengurai semua bahan organik dalam tanah sehingga pori-pori tanah berkurang, kemampuan tanah dalam menyimpan air berkurang. Cacing dalam tanah yang membantu kesuburan tanah ikut mati karena kehilangan habitat dan makanannya.  

Sementara itu, penggunaan pestisida kimia sangat berbahaya bagi makhluk hidup dan alam. Gambarannya adalah bahwa pestisida kimia adalah zat atau racun yang diciptakan untuk membunuh hama mulai dari hama tingkat rendah seperti bakteri hingga hama seperti tikus. Saat pestisida tersebut digunakan maka selain akan mengenai hama itu sendiri juga akan mengenai tumbuhan, udara, air, organisme air, tanah, organisme tanah bahkan manusia. Predator hama (binatang pemangsa hama) juga ikut mati sehingga siklus mata rantai makanan tidak seimbang. Pada akhirnya, terjadi fenomena kebalnya hama terhadap racun pestisida. Petani di Aek Dakka Pasir dan Sisobambowo pernah mengeluhkan hama walang sangit yang merusak tanaman padi. Populasi walang sangit semakin bertambah dan sulit untuk dikontrol kendati pestisida kimia yang biasa digunakan telah disemprotkan dengan dosis yang lebih banyak di sawah mereka.

Untuk memperbaiki kondisi tanah yang sudah rusak, butuh waktu yang cukup lama. Pemulihan tanah dapat dilakukan dengan pemupukkan lahan dengan menggunakan pupuk organik seperti pupuk kompos. Kompos sangat mudah dibuat. Bahan kompos dapat dibuat dari bahan organik yang mudah terurai (membusuk) misalnya daun-daunan, rumput-rumputan, kotoran hewan, limbah rumah tangga, sekam padi, jerami, batang pisang, dll. Pupuk kompos mengembalikan humus tanah yang telah hilang. Sedangkan untuk mengatasi hama tanaman dilakukan dengan pestisida organik dan sistem pengendalian hama dengan menggunakan musuh alaminya sehingga tanaman, tanah, manusia dan biota alam lainnya tidak tercemari racun.

Jika pertanian organik sangat berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan maka tunggu apa lagi, mari selamatkan lingkungan dengan mengembangkan pertanian organik.



Let's create our own world through writing, cinematography, photos, etc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar